Artikel

Pentingnya Kenali Resiko Stunting

Stunting atau perawakan pendek (shortness) adalah suatu keadaan tinggi badan (TB) seseorang yang tidak sesuai dengan umur, yang penentuannya dilakukan dengan menghitungskor Z indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Kondisi stunting menggambarkan statusgizi atau status kesehatan di masa lalu yang kurang baik dan menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan linier pada seseorang.

Stunting merupakan dampak dari asupan gizi yang kurang, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, tingginya kesakitan, atau merupakan kombinasi dari keduanya. Kondisi tersebut sering dijumpai di negara dengan kondisi ekonomi kurang( Gibson, 2005) Stunting meningkatkan risiko dan angka kesakitan pada masa anak, khususnya di negara- negara sedang berkembang.

Berkaitan dengan meningkatnya risiko dan angka kesakitan tersebut, stunting juga menyebabkan gangguan fisik maupun fungsional pada anak. Stunting berkontribusi 14,5% terhadap kematian dan 12,6% terhadap gangguan kemampuan fungsional (disability adjusted life years) pada anak balita (The lancet’s series, 2008). Indikator antropometri dari gizi kurang dapat diindikasikan dengan berat yang kurang dan kejadian pendek (tinggi yang kurang pada umur normal). Kejadian gizi kurang maupun pendek ini telah menjadi masalah gizi secara global.

Menurut World Health Organization (WHO), masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat jika di negara, provinsi, ataukabupaten dikatankan baik jika <20%, kurang jika berada pada rentang 20-29%, jelek jika antara 30-39%, dan sangat buruk jika ≥40%. Intervensi gizi harus di implementasikan pada semua level untuk mengatasi penyebab masalah dan meningkatkkan komitmen oleh sektor nutrisi.

Dampak stunting pada anak jangka pendek : (1) Meningkatkan potensi sakit dan kematian pada anak, (2) Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal anak menjadi terhambat dan tidak optimal, (3) Meningkatkan biaya kesehatan. Dampak stunting pada anak jangka panjang : (1) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa, lebih pendek ketimbangorang-orang seusianya, (2) Meningkatkan risiko obesitas dan mengidap Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, kanker, dan lain-lain, (3) Kesehatan reproduksi yang menurun, (4) Kapasitas belajar dan performa yang tidak optimal saat masa sekolah, (5) Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal saat dewasa.

Stunting dapat dicegah dengan :  (1) Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil. Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan. (2) Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman, menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibupun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan. (3) Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat. Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter. (4) Terus memantau tumbuh kembang anak. Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi danberatbadan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya. (5) Selalu jaga kebersihan lingkungan. Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.

 

 

SUMBER :

Gibson RS, 2005. Principles of Nutritional Assessment, Second Edition. Oxford UniversityPress, Inc., New York. Apoina kartini, Suhartono, Hertanto Wahyu Subagio, Budiyono, Irene Max Emman(2016). Kejadian Stunting dan Kematangan usia tulang pada anak usia Sekolah Dasar di DaerahPertanian kabupaten Brebes. Jurnal Kemas 11 (2) The Lancet’s series on Maternal and Child Undernutrition Executive Summary. 2008. (http://tc.iaea. org/tcweb/abouttc/tcseminar/ Sem6-ExeSum.pdf). Gooddoctor https://www.gooddoctor.co.id/parenting/kesehatan-anak/apa-itu-stunting/Kementrian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan pemberdayaan Masyarakat diambil dari https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting