Artikel

Implementasi Semangat Sumpah Pemuda dalam Dunia Kesehatan Indonesia

Semarang – Setiap tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pada momentum Hari Sumpah Pemuda tersebut, banyak pesan yang berikan pada para pemuda, pelajar dan mahasiswa Indonesia sebagai agen perubahan yang diharapkan dapat melakukan kegiatan positif untuk kemajuan bangsa. Dengan keberanian, cita-cita dan kecerdasan kolektif yang dimiliki pemuda Indonesia diharapkan akan membawa perubahan dan reformasi ke arah yang lebih baik.

Presiden Republik Indonesia pertama, Bung Karno, yang pernah menyampaikan: Jangan mewarisi abu Sumpah Pemuda, tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekadar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir. Memang benar, tujuan akhir kita tidak hanya berhenti di satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air saja. Lebih dari itu, pekerjaan rumah kita masih banyak sebagai bangsa.

Di dunia kesehatan, masih banyak yang harus dikerjakan terutama di kota Semarang.  Beberapa yang menjadi focus Pemerintah Kota Semarang dalam bidang kesehatan antara lain kematian ibu dan anak, pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular. Salah satu focus untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit menular adalah penyakit TBC.

Sumber dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, angka penderita TBC di Indonesia berdasarkan mikroskopik sebanyak 759 per100 ribu penduduk untuk usia 15 tahun ke atas dengan jumlah laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, dan jumlah di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan.

Solusi yang bisa ditawarkan untuk pencegahan dan pengendalian TBC ini berupa peningkatan deteksi dengan pendekatan keluarga, Menyelesaikan under-reporting pengobatan TBC dengan penguatan PPM (Public Private Mix), meningkatkan kepatuhan pengobatan TBC, perbaikan sistem deteksi MDR TBC (Klinik MDR TBC dengan jejaringnya) dan akses terapi TBC MDR, juga edukasi TBC kepada masyarakat.

Kemudian terkait Stunting, masalah stunting ini telah menjadi isu nasional dan menjadi perhatian Presiden Joko Widodo. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu intervensi spesifik gizi pada remaja, ibu hamil, bayi 0-6 bulan dan ibu, bayi 7-24 bulan dan ibu. Selain itu diperlukan juga intervensi sensitive gizi seperti peningkatan ekonomi keluarga, program keluarga harapan, program akses air bersih dan sanitasi, program edukasi gizi, akses pendidikan, dan pembangunan infrastruktur.

Selanjutnya soal Imunisasi, kejadian luar biasa difteri dan campak yang baru-baru ini terjadi membuat pemerintah harus kembali menganalisa terkait cakupan imunisasi yang telah dilakukan, mutu atau kualitas vaksin yang ada, serta kekuatan surveilans di berbagai daerah.

Namun demikian, berdasarkan dari sumber Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada 2015 hingga 2017 mengalami peningkatan. Pada 2015 cakupan imunisasi secara nasional mencapai 86,5%, pada 2016 mencapai 91,6%, dan pada 2017 mencapai 92,4%. Capaian angka imunisasi yang hampir 100% tersebut merupakan hasil kerja bersama para tenaga kesehatan yang harus diapresiasi.

Dengan segala permasalahan kesehatan yang ada, bertepatan dengan momentum Sumpah Pemuda ini sudah saatnya para pemuda di bidang kesehatan dapat saling bersatu padu demi Indonesia yang lebih sehat.