>
>
Henti Jantung Dapat Diatasi Hanya Dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD) ?

Artikel

Henti Jantung Dapat Diatasi Hanya Dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD) ?

Henti jantung menjadi salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, akibat berbagai kondisi. Untuk mencegah kematian akibat henti jantung, diperlukan tindakan cepat melalui Bantuan Hidup Dasar (BHD). BHD adalah teknik penyelamatan yang dirancang agar siapapun, termasuk masyarakat umum, dapat memberikan pertolongan pertama dalam situasi darurat ini. Pelatihan sederhana memungkinkan masyarakat memahami langkah-langkah BHD untuk membantu menyelamatkan nyawa hingga tenaga medis tiba.

Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar (BHD) :

  1. Mengenali kondisi Korban

Jika penolong menemukan seseorang yang tidak responsif terhadap rangsangan, langkah awal Bantuan Hidup Dasar (BHD) dimulai dengan memastikan korban benar-benar tidak responsif. Penolong dapat memeriksa ini dengan berteriak, menepuk, atau menggoyangkan bahu korban, dilanjutkan dengan memberikan rangsangan nyeri sambil memastikan lingkungan aman. Jika korban tidak bernapas atau bernapas tidak normal (terengah-engah), penolong dapat mengasumsikan korban mengalami henti jantung, dan BHD perlu segera dilanjutkan untuk meningkatkan peluang selamat.

  1. Meminta tolong/ bantuan

Dalam langkah awal Bantuan Hidup Dasar (BHD), berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan:

  • Meminta Bantuan: Panggil orang di sekitar untuk membantu.
  • Hubungi Layanan Darurat: 112 (nomor darurat kota semarang) dan berikan informasi lengkap seperti nama, lokasi, jenis kejadian, kondisi korban, dan bantuan yang dibutuhkan.
  • Aktifkan Sistem Penanggulangan Darurat (EMS).
  • 3A: Amankan diri, Amankan lingkungan, dan Analisis kondisi korban.
  1. Melakukan penilaian korban/ cek respon korban

Penilaian dengan metode 3A dan MARCH dalam Bantuan Hidup Dasar bertujuan untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang mengancam nyawa secara sistematis.

    • 3A mencakup:
  1. Aman Diri: Pastikan keselamatan diri sebelum bertindak.
  2. Aman Pasien: Amankan posisi korban dari ancaman lebih lanjut.
  3. Aman Lingkungan: Pastikan area sekitar bebas dari bahaya.
    • MARCH melibatkan:
  1. Massive Hemorrhage: Periksa perdarahan besar, gunakan torniket dan catat waktunya.
  2. Airway: Pastikan jalan napas terbuka, lakukan jaw thrust atau chin lift jika perlu.
  3. Respiration: Cek pernapasan dan pastikan dada mengembang simetris.
  4. Circulation: Periksa sirkulasi dengan memantau warna kulit dan kelembaban, serta atasi pendarahan kecil.
  5. Head Injury & Hypothermia: Periksa trauma kepala dan cegah hipotermia dengan menutupi korban.
  1. Kompresi Dada

Bantuan Hidup Dasar (BHD) harus dilakukan segera setelah terjadi henti jantung, terutama dalam waktu emas (golden period) untuk memaksimalkan peluang keberhasilan. Tingkat keberhasilan BHD menurun drastis setiap menit keterlambatan, dari 98% pada menit pertama menjadi 1% pada menit kesepuluh. Saat otak tidak menerima oksigen selama 6-8 menit, ada risiko tinggi kematian klinis, yang dapat berkembang menjadi kematian biologis jika berlanjut hingga 10 menit.

Untuk melakukan kompresi dada yang berkualitas, perhatikan prinsip "push hard, push fast," dengan kedalaman 5 cm dan frekuensi 100-120 kompresi per menit. Pastikan dada kembali mengembang di antara kompresi, minimalkan jeda, dan gunakan rasio 30:2 (kompresi dan napas bantuan). Jika ada beberapa penolong, lakukan RJP bergantian setiap dua menit atau lima siklus untuk mempertahankan kualitas.

  1. Memberikan Nafas Bantuan

Bantuan napas dalam resusitasi jantung paru (RJP) dilakukan dengan teknik seperti mulut ke mulut, mulut ke hidung, dan menggunakan alat bantuan (bag mask) jika tersedia. Napas bantuan diberikan selama satu detik per hembusan, dengan memastikan dada korban naik untuk menghindari kelebihan volume udara yang dapat memperparah kondisi. Dalam kondisi darurat tanpa alat pelindung, bisa digunakan RJP "Hands Only." Langkahnya meliputi: memastikan keamanan dengan 3A (Aman diri, pasien, dan lingkungan), memeriksa respons dan napas, memanggil bantuan, dan melakukan kompresi dada tanpa henti hingga korban merespons.

Bantuan Hidup Dasar pada Anak-anak

Pada bantuan hidup dasar (BHD) untuk anak-anak, teknik kompresi dada umumnya serupa dengan orang dewasa, tetapi ada penyesuaian untuk bayi dan anak kecil. Untuk bayi berusia 1-12 bulan, kompresi dilakukan menggunakan dua jari (telunjuk dan tengah, atau tengah dan manis) atau dua ibu jari. Sementara itu, untuk anak-anak usia 1-8 tahun, kompresi bisa dilakukan dengan satu tangan, menyesuaikan dengan ukuran tubuh mereka agar tetap efektif dan aman.

Kesalahan yang sering terjadi dalam bantuan hidup dasar meliputi

  1. Posisi Tangan yang Salah, Posisi jari yang tidak tepat saat mengunci dapat mengurangi efektivitas kompresi. Pastikan siku lurus selama proses.
  2. Teknik Kompresi Dada yang Tidak Tepat:
    • Kompresi harus memiliki kedalaman minimal 5 cm (maksimal 6 cm).
    • Kecepatan kompresi yang ideal adalah 100-120 kali per menit, teratur.
    • Pastikan recoil (kembali ke posisi awal) dilakukan sepenuhnya.
    • Minimalkan interupsi, kecuali saat memberikan napas buatan atau memindahkan pasien (tidak boleh lebih dari 10 detik).

 

 

 

Referensi

ayosehat.kemkes.go.id