SEMARANG - Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, dan populasi migran, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Pada tahun 2023, jumlah kasus malaria impor di Kota Semarang sebanyak 46 kasus dengan API sebesar 0,027/1000 penduduk. Kota Semarang merupakan kota besar dengan jumlah kedatangan dari luar kota yang cukup tinggi. Pengendalian malaria dilakukan secara komprehensif dengan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, hal ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah KLB. Hal ini juga merupakan salah satu Upaya untuk mempertahankan predikat Kota Semarang sebagai daerah eliminasi malaria.
Untuk mencapai hasil yang optimal dan berkualitas upaya tersebut harus dilakukan terintegrasi dengan layanan kesehatan dasar dan program lainnya, salah satunya dengan penguatan jejaring tatalaksana untuk menjamin penanganan kasus malaria hingga tuntas.
Penegakan diagnosa malaria merupakan hal yang penting untuk menentukan jenis terapi yang nantinya akan diterima oleh pasien. Sampai dengan saat ini gold standar dari pemeriksaan malaria adalah dengan mikroskopis. Akan tetapi, keterbatasan kemampuan ATLM dalam melakukan pemeriksaan mikroskopik malaria menjadi kendala tersendiri yang dihadapai oleh daerah eliminasi malaria.
Untuk mengoptimalkan kemampuan tenaga ATLM dalam melakukan pembacaan slide dalam pemeriksaan malaria maka Dinas Kesehatan Kota Semarang mengadakan pertemuan Mikroskopik malaria bagi tenaga ATLM, kegiatan ini dihadiri oleh tenaga ATLM yang berasal dari Puskesmas dan Labkesda. Pertemuan ini menghadirkan pemateri dari berbagai institusi seperti Dinkesprov dan. Akademi Kesehatan 17 Agustus 1945. Dengan pertemuan ini diharapkan dapat memperkuat peran ATLM dalam penanggulangan malaria di Kota Semarang.