Artikel

3 Penyebab Kematian Ibu Pasca Persalinan

Banyak keluarga yang lengah atau tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya masa nifas adalah masa dimana sang ibu dan bayi sangat membutuhkan perhatian dan dukungan dari keluarga, mengingat risiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi lebih sering terjadi pasca persalinan. Masa nifas ibu dimulai sejak satu jam lahirnya plasenta sampai dengan 42 hari atau 6 minggu setelah itu. Masa nifas merupakan periode transisi yang kritis bagi ibu, bayi, dan seluruh keluarga secara fisik, mental dan sosial.

Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, terjadi perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan emosional, perubahan fisik yang dramatis, hubungan keluarga, perubahan peran dari seorang perempuan menjadi seorang ibu, adanya aturan baru , dan usaha penyesuaian terhadap keadaan dan aturan yang baru. Berikut adalah penyebab kematian ibu pasca persalinan yang paling sering:

1. Perdarahan Pasca persalinan

Perdarahan pasca persalinan adalah penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia. Hampir 4 dari 5 kematian akibat perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu kurang lebih 4 jam setelah bersalin (88%).

Ibu dengan anemia sejak masa kehamilannya, akan lebih tidak mampu mengatasi kehilangan darah yang terjadi pada perdarahan pasca persalinan, dibandingkan dengan ibu hamil yang cukup nutrisi. Bila terjadi perdarahan berat, transfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan kehidupan sang ibu. Penyebab terjadinya perdarahan pasca persalinan biasanya : Rahim yang tidak berkontraksi secara efektif (Atonia Uteri), Plasenta masih tertinggal di dalam rahim baik seluruhnya atau sebagian (Retensio Plasenta), Perlukaan / Laserasi jalan lahir di leher rahim (serviks) atau vagina, Robekan rahim (Ruptura Uteri), dan Inversi Uteri.

2. Infeksi Nifas (Sepsis)

Demam pada masa nifas tidak boleh diabaikan karena demam adalah salah satu tanda yang paling mudah dikenali pada infeksi pasca persalinan. Infeksi nifas atau sepsis merupakan penyebab utama kematian bunda di negara berkembang. Faktor pemicu terjadinya infeksi pasca persalinan biasanya: Persalinan macet, Ketuban pecah dini, ‘Pemeriksaan Dalam’ yang terlalu sering, Pemantauan janin melalui jalan lahir (intravaginal), dan  Bedah sesar.

Pada bedah sesar, risiko terjadi infeksi nifas lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan normal. Kuman penyebab utama pada infeksi nifas akibat bedah sesar adalah Escherichia coli, Streptococci sp., anaerobic microorganisms (bacteroides, gonococci), dan Chlamydia trachomatis (gejala relatif ringan).

Di samping demam (peningkatan suhu > 38 derajat celsius), gejala infeksi pasca persalinan lainnya adalah adanya nyeri pada perut bawah (rahim). Biasanya infeksi nifas ini merupakan endometritis, atau mungkin lebih tepatnya adalah metritis.

Pemberian antibiotika adalah tindakan utama, di samping tindakan upaya pencegahan terjadinya infeksi nifas dengan persalinan yang bersih (steril) dan aman. Salah satu penyebab infeksi pasca persalinan yang paling berbahaya dan menimbulkan kematian adalah Grup A Streptokokus atau Streptococcus pyogenes. Streptococcal Toxic Shock Syndrome (Strep TSS), merupakan sindrom yang membahayakan yang disebabkan oleh zat racun (endotoksin) dari bakteri Grup A Streptokokus ini.

3. Eklampsia

Eklampsia adalah penyebab ketiga kematian ibu di seluruh dunia. Ibu dengan persalinan yang diikuti oleh eklampsia atau pre-eklampsia berat, harus dirawat inap. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah seharusnya rutin dilakukan pada ibu hamil, mengingat hipertensi dapat terjadi dalam kehamilan, terutama jika usia kehamilan di atas 20 minggu.

Di Eropa dan negara maju lain, eklampsia diperkirakan terjadi pada 1 di antara 2000 persalinan. Beberapa kasus eklampsia terjadi beberapa hari setelah persalinan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa lebih dari 50%  eklampsia terjadi pada hari ketiga atau lebih pascapersalinan.

Pre-eklampsia dan eklampsia yang terjadi setelah persalinan sangat jarang, dimana ibu nifas akan mengalami hipertensi dan kadar protein dalam urin yang meningkat (proteinuria), setelah melahirkan. Biasanya eklampsia dan pre-eklampsia dialami sejak kehamilan, paling banyak pada trimester ketiga kehamilan.

Sumber : blogdokter.net